Akhirnya ketemu lagi

<sambil baca, silahkan dengar lagu ini https://www.youtube.com/watch?v=_6nelE4nieo>

Setelah sekian lama akhirnya punya kesempatan untuk nelusuri lagi akun lama yang terbuang, tebawa lupa diseret keseharian, padahal ini modal bagus, sebuah blog berusia sepuluh tahun yang nganggur begitu aja.

Dunia sudah banyak berubah sejak terakhir kali saya menulis disni, teknologi sudah maju begitu pesat, yang terpenting adalah single sign in-nya google, yah mungkin itu biasa saja, tapi dia memberikan kemudahan yang nyata untuk orang pelupa seperti saya agar bisa tetap masuk ke akun ini-itu dengan satu akun saja, satu akun yang tersemat didalam keychain di laptop, dengan begini saya bisa terus terhubung dengan akun ini, dan akun itu, menulis lagi ini, bercerita lagi itu.

Setelah sekian jauhnya berkelana mengembara diantara belantara dunia maya, saya dan kawan seumuran mulai merasakan keresahan, keinginan untuk kembali mengarungi dunia maya yang kami kenal dulu dengan cara-cara lama, menulis panjang-panjang di blog, bercerita-berbusa berbagi kelakar di podcast.  Ceritanya kami ini jelmaan katak yang terdampar di tengah danau yang mengering, tak ada lagi air, rindu mengharap hujan, bosan dengan hiruk pikuk, menepi dalam keramaian, alih-alih kembali pada alam, kami ingin tetap berteknologi, namun lebih tradisional-konvensional, kuno kata milenial.

Sekarang usia sudah hampir kepala empat, menyesali dulu ketika duapuluh-an tidak bergegas menumpuk cerita untuk kembali dibaca dimasa tua. Baru nemu blog yang tercecer sekian tahun saja sudah girang rasanya, seperti menemukan kawan bercerita yang telah lama hilang entah kemana. Hmm, padahal apa susahnya dulu menulis hari-hari seperti remaja dengan buku diarinya, berkeluh-kesah menumpahkan gundah gulana, sekalipun tiap masa punya beda sendiri-sendiri, punya rasa yang tidak pernah sama, tapi setidaknya itu jadi rangkaian pasangan rasi bintang yang akan bercerita pada dunia tentang siapa gerangan diri ini, menunjukkan arah agar mereka tidak tersesat dalam persepsi yang tampak.

Anak sudah berapa? saya tiga, mau empat, yang sulung sudah pemuda, kebetulan laki-laki, dulu dia baru satu tahun ketika saya lepas akun ini, sekarang mau masuk sekolah menengah pertama, saya anggap itu pemuda, karena di zaman ini umur menyusut seperti jeruk nipis di kotak bumbu ibu-ibu yang tidak pernah masak, mengecil jumlahnya untuk dikata dewasa, dulu lepas SMA saya masih mainan yang gitu-gitu aja, sekarang sudah aneh-aneh, sedikit-sedikit internet, selalu mencari dikejauhan, hilang hormat dan rasa percaya dengan yang dekat, seperti bankir yang sudah puluhan tahun berkarir, biasanya baju makin rapi, uban makin ketara. Yang kedua perempuan, sukanya berenang, masih bocah tapi nyali-nya tinggi menghadapi kedalaman. Adiknya seharusnya usia dua tahun sekarang, tapi dia meninggal didalam kandungan. Sekarang menunggu yang ke-empat.

Gimana karier-mu? masih yang itu-itu saja? atau sudah lain lagi? saya sudah sukses sekarang, sukses menjadi orang yang bodo amat, sukses menikmati hidup sekalipun yang dijalani hanya setapak tanah merah yang rumpil. Pun, kiri-kanan sarat dengan pemandangan yang tidak kalah bagusnya, pohon paku menjuntai di sisi-sisinya, ada jurang landai mengarah ke selatan, ke tempat para dewa-dewa mengalirkan periuknya. Saking bagusnya dia cepat mengobati kaki yang pecah-pecah sobek berdarah diterjang kerikil dan batu-batuan tajam, belum lagi aneka duri dan kulit kerang, komplit dan ya, bodo amat.

Waktu luang? wah sudah hampir tidak ada, kalaupun ada sudah bukan milik saya lagi, tapi sudah habis dijarah rakyat berlima di negara dengan bendera keluarga ini. Setiap hari mereka demonstrasi besar-besaran, meneriakkan tuntutan yang tidak ada hentinya, satu beres, datang lainnya. Sebagian lagi sudah habis digerogoti oleh kewajiban, tuntutan, permintaan si A dan si B, karena apa mau dikata, saya harus berdagang dengan mereka, untuk sesuatu yang didapat, mesti ada yang dilepaskan, saya minta makan, mereka minta waktu, yah asal jangan nyawa, kalo itu saya hanya punya satu, dan masih butuh, semoga punya kamu juga masih utuh.

Hari ini masih dalam semangat 17 agustus, selagi hangat, melancong dulu ke gerbang komplek, banyak atraksi orang berjalan kaki membawa obor, menyembur api, sebagian lagi bertingkah gila dengan sepeda motornya yang ia buat meraung-raung sangat keras memekak telinga, mencoba mencari hiburan diujung senja sebelum pecah perang dunia, yuk …

 

 

 

Jangan ikut-ikut

Pengen sedikit menulis, awalnya karena teman nge share artikel dailysocial.net tentang membangun startup, intinya dalam artikel itu, jangan membangun startup karena ikut-ikut atau karena lagi nge-trend. Pendapat itu benar juga, memang kalo hanya sekedar ikut-ikut tanpa tau apa sebenernya startup itu, ya susah juga, kalo hanya bermodalkan mimpi membangun sebuah layanan yang kemudian dihargai sekian juta dollar. Sekalipun mimpi itu penting dan tidak melanggar undang-undang, norma, hukum agama dan KUHP, tapi mesti diingat juga, mimpi tidak bisa berdiri sendiri. Disebelah mimpi harus ada wawasan, dibelakangnya harus ada tekad yang kuat dan kemauan, dan di depan, mesti ada sejumlah dana untuk menarik kita sebelum gerobaknya benar-benar berjalan sempurna.
But, nah ini yang penting juga, bahwa trend juga terbentuk kadang tanpa kita sadari. Katakanlah begini, 10 tahun lalu kita melihat sekelompok pemuda membangun sesuatu yang nyeleneh, idenya sederhana, tapi kita lihat passion mereka begitu tinggi terhadap apa yang mereka kerjakan. Kita mengamati dari tahun ke tahun, tahun pertama, tahun kedua, mereka masih struggle dengan mimpi mereka, hingga di tahun ketiga kita penasaran dan mencoba mengupas apa yang mereka kerjakan, mempelajari apa yang sedang mereka bangun, dan akhirnya di tahun ke empat, kita membangun hal yang serupa.
Kita asik dengan mainan baru kita, begitu bersemangat mencoba mewujudkan apa yang kita impikan sambil menendang segala hadangan dan rintangan yang menghadang, hingga kita tahu bahwa apa yang kita bangun ternyata tidak mudah. Tapi dengan diasah oleh pengalaman dan jiwa kita memang sudah stay disana, what ever it takes, kita enjoy menjalaninya, sekalipun babak belur – berdarah-darah. Konsekuensinya banyak yang melihat kita gila, madness, seperti melakukan sesuatu yang tidak berguna, karena nyatanya memang kita masih jauh dari sukses untuk ukuran mereka, para pengamat yang hidup dalam keumuman.
Kemudian di tahun ke delapan – ke sembilan, ternyata apa yang kita lakukan ini mulai membuahkan hasil. Tunas-tunas (kawan-kawan yang kita amati sebelumnya, yang lebih dulu berkarya) mulai merekah, mereka mulai mekar, elok sekali buah karya mereka hingga kesuksesan menghampiri mereka. Dan itu menarik orang-orang untuk ikut mengamati, karena katanya sekarang sudah ada bukti. Dan berbondong-bondong lah mereka meniru, ikut-ikutan, tapi sayangnya beberapa diantara mereka meniru cesss plekk, totally meniru, dan parahnya jiwanya tidak ada disana, passionnya hanya didasari ngiler lihat nilai jual sebuah startup yang diulas di techinasia.com, dan kebetulan punya duit, mereka gelontorkan sekian digit dalam bentuk dollar amerika ke bisnis baru yang katanya gurih ini. Tapi apa lacur, beberapa hancur, hanya dapet keren-nya doang, pernah, have to quotes this, “pernah” membangun startup. Tapi cepat pula mereka pergi, karena katanya itu bisnis mimpi. ROI nya tidak jelas, katanya ini cuman bisnis yang lagi trend doang. Kening ini mengerut, kenapa harus trend?
Nah kita disini, dengan segala tetek bengek, halang rintang dan kawan-kawannya, masih saja berkutat dengan mimpi delapan tahun lalu, dan semoga tidak pernah padam. Waktu itu mantap saya bilang ke seorang investor, untuk mempercayai saya dan bisnis ini, saya sudah menetapkan jalan dimana there is no way back, tidak ada exit door apalagi shortcut, dan sekarang pun masih seperti itu, sekalipun kerjasama pertama saya rugi, dan sampai sekarang belum tuntas karena investornya lalu mencari jalan keluar tanpa berpaling kembali (tapi masih suka nagih hehe). Sekalipun nafas sudah hampir habis, tapi passion ini tidak pernah surut, karena saya tidak ikut-ikut.
Ploong deh udah ditulis. —- transmission closed —-

Update terus

Kadang bagi saya sulit untuk bisa memahami bagaimana seseorang bisa dengan konsistennya menulis di twitter, blog dll. Ada seorang kenalan yang punya tumblr demikan padat, hampir tiap hari, bahkan hampir tiap jam dia update. Memang bukan tulisan yg panjang-panjang, cuman micro blog saja, tapi belakangan saya tidak habis fikir, seseorang bisa begitu giatnya menulis dan konsisten sementara itu adalah hal yang sulit untuk saya, bahkan hanya untuk menulis asal-asalan saja susah juga (atau malas?)

 

Live Writer

Tertarik liat penawaran Windows Azure yang memberikan free trial sebulan seharga $200 untuk layanan full package azure antara lain cloud, backend mobile app, virtual machine, dll, banyak lagi (tidak saya baca lebih lanjut karena kata microsoftnya juga much much more alias banyak banget – nah jadi males kan kalo kebanyakan). Singkat kata saya langsung mendaftar karena akun live saya yang dulu entah apa passwordnya dan malas juga merecover karena entah masuk ke akun email mana recoverynya. Antusias mendaftar berakhir sampai sign up azure waktu konfirmasi nomer ponsel, verification code yg ditunggu-tunggu tak jua tiba. Akhirnya ngelantur lagi kesana kemari hingga ketemu windows live writer, bisa posting ke wordpress tanpa mesti login ke wordpress.

Rasanya dulu sekali pernah coba live writer ini, rasanya aneh, seperti sedang menulis makalah di microsoft word, tapi ini blog, tapi tetap saja terkesan kaku, bedanya ya itu tadi, gak mesti buka browser. Dulu mungkin ide ini bagus, tapi sekarang, saat dimana orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan browser, ide ini jadi usang lagi, pertanyaannya kenapa mesti buka lagi aplikasi desktop kalo seharian ada di browser?

Tampaknya ini bakal jadi satu-satunya postingan yang menggunakan live writer, maybe 🙂

Tentang Puasa

Puasa bukan puasa jika tanpa ujian dan godaan, puasa bukan puasa jika hari hari hanya kita lalui dengan menunggu waktu berbuka, puasa bukan puasa jika hanya sekedar menahan lapar. Puasa bisa diibaratkan peperangan yang melibatkan musuh terbesar kita, yaitu diri kita sendiri, berjibaku dengan keangkuhan, bergelut dengan emosi, bertarung dengan sesuatu yang hanya bisa difahami jika kita meyakini bahwa perang ini bukan tentang pahala, bukan tentang surga yang dijanjikan, ini tentang diri kita sendiri.

Puasa kali ini rasanya berantakan, semakin tua emosi malah semakin menjadi. 30 usia saya, tapi tidak demikan dengan kebijaksanaan yang konon katanya semakin matang dengan jalannya usia. Berkali-kali, diawal usia 30 ini saya melihat diri saya sungguh menyedihkan, pecundang yang lagi-lagi kalah dalam pertempuran. Ini bukan tentang seberapa kuat perut menahan lapar, atau seberapa lama tenggorokan menahan dahaga. Bukan, bukan tentang itu.

User Oriented SEO

Kemarin ada seorang kawan yang menawari untuk menghandle SEO sebuah online store, kesannya memang keren, seolah-olah punya skill SEO yang yahud, padahal saya hanya coba berfikir dari sisi logis bagaimana google dengan algoritmanya yang yahud itu mengindex sebuah situs. Pengetahuan saya mengenai analitik situs web bisa dibilang minim, track record saya juga tidak ada, seperti kata saya tadi, hanya seolah-olah faham SEO. Tapi bukan berarti pengetahuan SEO saya buruk juga, ya mungkin dengan menerima tantangan ini bisa jadi track record yang kelak bisa jadi tolak ukur orang lain dalam mengukur pengetahuan saya tentang SEO.

Ceritanya kawan saya ini punya kawan, dan kawannya ini dengan kawan-kawannya punya sebuah perusahaan distribusi sebuah produk, sebelumnya yang bersangkutan melakukan pemasaran secara konvensional dan saat ini omzet penjualannya bisa dibilang luar biasa. Dengan modal penjualan konvensional yang luarbiasa inilah kemudian yang bersangkutan melirik online yang konon katanya telah jadi wacana sejak lama yang disampaikan oleh kawan saya ke kawannya ini. Tampaknya akan selalu seperti itu, sukses di penjualan konvensional kemudian melirik orang lain yang omzetnya sama besar dengan dirinya dengan beban kerja yang lebih simple dengan melakukan penjualan online, barulah timbul ketertarikan.

Pertanyaannya apakah benar seperti itu? apakah penjualan online bisa menyamai penjualan konvensional yang konon katanya dilakukan bergerilya serta berdarah-darah? Benarkah penjualan online itu semanis itu? mari kita bahas. Continue reading

Tagged , , ,

Tentang menulis lagi (yang tidak beres-beres)

Hey ho, ternyata writing can be so much fun, cuma memang untuk mendapatkan mood menulis buat saya rada sulit juga, masih mending jika menulisnya itu berdasarkan permintaan, jika untuk blog sendiri agak sulit menemukan benda bernama mood ini. Menulis anonim jauh lebih mudah, entah kenapa, mungkin karena terbebas dari ikatan pribadi, kalo untuk pribadi mungkin sedikit ja’im atau bagaimana. Ini mesti saya akui, sebagai sebuah proses untuk mengkritik diri sendiri supaya tidak malas mengisi blog. Sementara jika berdiskusi begitu banyak yang saya umbar hingga berbusa, di blog justru seperti tercekat lidah, kata-kata itu sulit keluar.

Baiklah, mungkin bukan hanya saya yang merasakan hal seperti ini, mungkin anda juga, mungkin mereka juga. Lalu bagaimana mengatasinya? mungkin dengan sedikit usaha untuk menghilangkan rasa malas dan mencoba trap a point dalam peta pemikiran dan find the way dalam menyampaikan sesuatu, kondisi ini bisa cair. Percaya atau tidak, tulisan ini dibuat ketika saya sedang berada di tempat yang ramai, tempat yang sebetulnya tidak nyaman untuk saya. Tapi ternyata kata-kata ini keluar dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Kata-kata apa? nah ini sembarang dulu lah, ini tidak sedang menulis karya ilmiah.

Ok, so whats the point? Intinya, seperti yang sering saya tulis dan terus berulang ulang jadi bahan tulisan, jika mau menulis, menulis saja, lepaskan dari tekanan dan beban, set it free saja. Ini blog pribadi, saya mau tulis apa, itulah yang nantinya akan jadi bahan penilaian orang terhadap saya, berapapun nilainya urusan belakangan, tapi urusan konsistensi harus jadi prioritas, bagaimana menulis ini menjadi sesuatu yang bisa berkesinambungan, mungkin saya mesti lebih banyak ada di tempat yang menurut saya kurang nyaman, hanya untuk mendorong mood menulis untuk keluar. Mungkin juga 🙂

Moncernya startuplokal, redupnya priangantimur.com

Sekalipun gemerlap startup tidak se-moncer tahun lalu, tahun ini tampaknya startup-startup lokal semakin matang. Barusan saya kembali membuka akun mindtalk yang lumayan lama tidak saya buka, ternyata banyak sekali perubahan yang terjadi di mindtalk, setelah sebelumnya saya cukup dikejutkan dengan UX dan UI baru dari mindtalk versi mobile, barusan saya sangat antusias dengan tampilan baru mindtalk, bisa dibilang (dan memang betul) bahwa inilah tampilan ter-keren diantara semua layanan online made in Indonesia. Continue reading

Tagged , , , ,

ETNOFOTOGRAFI & BEDAH BUKU TASIKMALAYA

ETNOFOTOGRAFI & BEDAH BUKU TASIKMALAYA

Workshop dan Hunting Foto:
Etnofotografi
(Foto sebagai alat riset sosial dan kebudayaan)
Bersama M. Zamzam Fauzannafi, S.Ant, MA
Pengajar dan peneliti Antropologi Visual UGM,
2012 Young Researcher Award dari Indonesian Academy of Sciences
Minggu, 10 Februari 2013
09.00-17.00, Ruang Lab. Teater UNSIL (K.04)
Gratis*

Peluncuran Buku
dan Diskusi
“ Melampaui Penglihatan”
Kumpulan Esai Antropologi Visual tentang media (audio) visual, seni, dan penonton
Karya: M. Zamzam Fauzannafi
Pembahas: Acep Zamzam Noor
10 Februari 2013, 19.00-21.00
Pergola Coffee Corner, Jl. Moh. Hatta no. 54
Gratis

Didukung oleh:
Beranda 57,
Pergola Coffee Corner, Info Tasik

*Tempat terbatas, Pendaftaran : Rina (085722883260)

Tagged , , , , ,