Monthly Archives: December 2011

Mari menjadi Pioneer

Barusaja ngobrol masalah pengembangan produk dengan rekan kerja, banyak ide terlontar tentang pemanfaatan teknologi informasi yang memungkinkan untuk diadaptasi masyarakat dan kedepannya bisa memberikan solusi kepada publik. Sebetulnya produk dengan genre layanan publik adalah lagu lama di perusahaan saya, beberapa produk sedang digiatkan dan mudah-mudahan segera rilis.

Tapi yang kali ini ingin saya bahas bukanlah tentang produk layanan publik yang sedang kami buat, tapi lika liku seputar pelaksanaanya yang kadang bikin gregetan, kadang bikin down, dan pernah juga bikin putus asa. Mari kita mulai dari kisah sebuah layanan traffic monitoring berbasis web yang sempat tercetus dan sangat ingin kami realisasikan. Secara sederhana layanan ini adalah layanan yang sudah umum tersedia di kota-kota besar dimana public dapat mengakses sejumlah kamera pemantau melalui browser, harapannya dengan adanya pantauan seperti ini bisa memantau behaviour dari satu ruas jalan tertentu, big picture nya adalah solusi terahadap kemacetan yang mau tidak mau pasti akan menghampiri kota Tasikmalaya. Ya, Tasikmalaya bukan Bandung atau Surabaya atau Jakarta, scale nya masih tergolong kecil, lalulintas tidak se sibuk kota-kota besar lainnya di Indonesia. Beberapa pihak memandangnya sebagai sebuah langkah yang terlalu cepat, mereka bilang itu belum saatnya, terkesan mengada-ada dan parahnya mereka melarang orang untuk bermimpi, mimpi tentang sebuah kota yang bebas macet.

Ada juga yang menganggap ide ini sebagai ide menghambur-hamburkan uang, ide yang sungguh-sayang jika direalisasikan sekarang — dan segudang perdebatan lain yang intinya, ide ini tidak masuk akal.

Begitukah? Kami berfikir sebaliknya, saya pribadi berfikir jika memang saat ini bukan waktunya, maka nanti ide ini adalah ide usang, ide yang TERLAMBAT. Menunggu masalah datang tentu bukan ide yang bagus juga, menyelesaikan masalah yang sebetulnya bisa dihindari juga bisa dibilang konyol. Seperti tata kota, ketika sebuah kawasan sudah padat, sulit rasanya memperbaiki tatanan kota, akan lebih sulit mengurai masalah ketika masalah tersebut menjadi kompleks, saya kira pemikiran seperti ini tidak perlu diperdebatkan lagi, saya jamin, orang akan sangat menyesali penyesalan (seharusnya).

Lalu apa yang terjadi? ya ide itu terus bergulir, dengan segala karat menempel di as roda, ide itu kami usahakan untuk terus menggelinding. Kami mencoba untuk tetap optimis, setidaknya, diantara tanggapan yang kurang sedap tadi, sedikit banyak melepaskan beban, bahwa tidak masalah jika kelak kami ternyata terlambat karena seretnya laju realisaasi ide kami, menarik, kami akhirnya berbesar hati untuk tetap menjadi pemenang, apapun kenyataanya didepan.

Mari jadi pioneer.

(Tulisan rusuh mode.on)