Monthly Archives: July 2013

Update terus

Kadang bagi saya sulit untuk bisa memahami bagaimana seseorang bisa dengan konsistennya menulis di twitter, blog dll. Ada seorang kenalan yang punya tumblr demikan padat, hampir tiap hari, bahkan hampir tiap jam dia update. Memang bukan tulisan yg panjang-panjang, cuman micro blog saja, tapi belakangan saya tidak habis fikir, seseorang bisa begitu giatnya menulis dan konsisten sementara itu adalah hal yang sulit untuk saya, bahkan hanya untuk menulis asal-asalan saja susah juga (atau malas?)

 

Live Writer

Tertarik liat penawaran Windows Azure yang memberikan free trial sebulan seharga $200 untuk layanan full package azure antara lain cloud, backend mobile app, virtual machine, dll, banyak lagi (tidak saya baca lebih lanjut karena kata microsoftnya juga much much more alias banyak banget – nah jadi males kan kalo kebanyakan). Singkat kata saya langsung mendaftar karena akun live saya yang dulu entah apa passwordnya dan malas juga merecover karena entah masuk ke akun email mana recoverynya. Antusias mendaftar berakhir sampai sign up azure waktu konfirmasi nomer ponsel, verification code yg ditunggu-tunggu tak jua tiba. Akhirnya ngelantur lagi kesana kemari hingga ketemu windows live writer, bisa posting ke wordpress tanpa mesti login ke wordpress.

Rasanya dulu sekali pernah coba live writer ini, rasanya aneh, seperti sedang menulis makalah di microsoft word, tapi ini blog, tapi tetap saja terkesan kaku, bedanya ya itu tadi, gak mesti buka browser. Dulu mungkin ide ini bagus, tapi sekarang, saat dimana orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan browser, ide ini jadi usang lagi, pertanyaannya kenapa mesti buka lagi aplikasi desktop kalo seharian ada di browser?

Tampaknya ini bakal jadi satu-satunya postingan yang menggunakan live writer, maybe 🙂

Tentang Puasa

Puasa bukan puasa jika tanpa ujian dan godaan, puasa bukan puasa jika hari hari hanya kita lalui dengan menunggu waktu berbuka, puasa bukan puasa jika hanya sekedar menahan lapar. Puasa bisa diibaratkan peperangan yang melibatkan musuh terbesar kita, yaitu diri kita sendiri, berjibaku dengan keangkuhan, bergelut dengan emosi, bertarung dengan sesuatu yang hanya bisa difahami jika kita meyakini bahwa perang ini bukan tentang pahala, bukan tentang surga yang dijanjikan, ini tentang diri kita sendiri.

Puasa kali ini rasanya berantakan, semakin tua emosi malah semakin menjadi. 30 usia saya, tapi tidak demikan dengan kebijaksanaan yang konon katanya semakin matang dengan jalannya usia. Berkali-kali, diawal usia 30 ini saya melihat diri saya sungguh menyedihkan, pecundang yang lagi-lagi kalah dalam pertempuran. Ini bukan tentang seberapa kuat perut menahan lapar, atau seberapa lama tenggorokan menahan dahaga. Bukan, bukan tentang itu.