Monthly Archives: July 2011

Kenapa Facebook butuh tukang becak

Sebagian besar pengguna internet pasti tahu apa itu jejaring sosial berlabel Facebook, saat ini facebook adalah sebuah situs jejaring sosial dengan user terbanyak. Tak perlu lagi saya buka angka disini, ditempat lain sudah bertebaran artikel membahas mengenai berapa besar dan seberapa besar situs jejaring sosial ini. Sampai disini agaknya kita sepakat mengenai  facebook. (oh ya ada pengguna google plus yang menyanggah, tapi kita tidak akan membahas google plus disini, sebaiknya bersabar saja, kita bahas di artikel selanjutnya). Continue reading

The Trigger

TasikTriger, begitulah nama yang dipilih oleh para penggiat industri kreatif di Tasikmalaya untuk menytukan aksi dan pandangan tentang langit Tasikmalaya yang penuh warna dengan karya.

Mereka yang menyebut dirinya ‘para pelatuk’ adalah pelatuk-pelatuk Grafis, Musik, Fotografi, Sinematografi,  Penggiat Web dan segala potensi positif yang dimiliki oleh Tasikmalaya.

Komunitas ini terbuka bagi siapa saja. Kedepannya, akan ada meet up rutin, ikuti beritanya di http://tasiktrigger.tumblr.com

 

 

Tentang Penyakit Voldemort

Bagi pencinta novel JK Rowling tentu mengenal lord voldemort (According to an interview with Rowling, “Voldemort” is pronounced with a silent ‘t’ at the end) , antagonis nomor wahid di serial Harry Potter, ia juga dikenal dengan ‘dia-yang-namanya-tidak-boleh-disebut’ karena ke darkness-an nya.

Nah mirip-mirip tokoh ini, saat ini saya sedang mengalami masa-masa sulit. Setelah perjalanan panjang dan pekerjaan-pekerjaan yang mengantri, akhirnya penyakit ini menyerang juga. Awalnya saya membiarkan penyakit ini, mendiamkan agar dia tidak macam-macam, mengacuhkan agar dia menjauh, tapi tampaknya tekad penyakit ini cukup kuat dan bulat; cukup untuk berbalik mengacuhkan saya yang mengacuhkannya, dan menyerang tanpa ampun. Pertama-tama ia muncul sedikit demi sedikit, malu malu, kemudian dia membesar seperti jamur kuping dimusim hujan, awalnya hanya mengganggu hingga akhirnya menyakiti, seperti cinta monyet, yang datang perlahan, memberikan kejutan dan menyisakan sesak didada. Dan jadilah saat ini, serangannya membuat saya lumpuh sementara, menyerah sebentar dan berkompromi untuk mengurangi aktivitas. Continue reading

Jejak perilaku

Pernahkah terfikirkan bagaimana search engine melakukan pendataan situs web di jagat ini? ditengah perkembangan online media yang semakin membludak, search engine dengan sabar saban hari menyebar robot-robot kecilnya untuk ‘men-sensus’ penduduk internet hingga akhirnya rimba internet ini berubah tampak menjadi metropolis dengan segala hingar bingarnya, dengan beragam rambu-rambu dan petunjuk arah, dengan berbagai destinasi dari satu peer ke peer lain dari satu host ke host lain dari satu jaringan ke jaringan lain.
Dan kita selaku pengguna tak puas-puasnya berjalan berlarian hilir mudik membuat suatu lalulintas data lewat social media, sign-up sana-sini, posting sana-sini, shar ini-itu, twit a-dan-b, menyemarakan denyut kehidupan dunia maya, mencoba mengisi tiap bit ruang yang tersedia di ruangan yang bahkan sama sekali tidak tampak, diantara kabut dan awan nol-dan-satu.

Awalnya kita merasa senang berada di sebuah dunia yang baru, dunia dimana siapa-bisa-jadi-siapa-saja. Tanpa ragu orang memasukan kehidupan personalnya kedalam lintas pergaulan di dunia maya, dan memasukan pergaulan dunia maya kedalam personalnya, hingga bias antara yang nyata dan yang maya. Tidak dapat dipungkiri, sebagian orang (sejauh pengamatan saya) telah membuat rekam jejak yang terlampau personal, arus stream status update, recent visited host, recent articles read, shared content, most viewed topic, intrest marking, recent account activity, dan segala bentuk rekam jejak yang memungkinkan kelak -dengan dinamisme hidupnya, manusia akan terindex, atau terdefine, atau terprediksi, atau ter-golong-kan berdasarkan parameter-parameter kebiasaan. Algoritma-algoritma baru dikembangkan hingga jejak perilaku menjadi bahan untuk melakukan control atas sesuatu yang sebelumnya hampir mustahil untuk di control.

Inilah pendekatan jejak perilaku.

Mengamati orang (2)

Setelah memandangi satu persatu tipikal orang tadi, saya melakukan eksperimen bertanya, saya ingin tahu, berapa dari beberapa orang yang saya tanya yang akan menjawab, dan dengan ekspresi seperti apa. Pertama adalah kondektur transjakarta (laki-laki muda berkulit sawo matang, berbusana batik seragam khas transjakarta, yang tampak lebih mirip dosen lembaga pendidikan computer dan sekretaris di kampung saya) saya meracau bertanya tentang arah dari sini-kesana-kemana, kalo gini-trus gitu-trus gimana, dan well, mereka dengan baik menjawab, ada yang menjawab dengan berseri-seri, seperti saya baru naik gaji, ada yang datar seperti meja ping-pong, ada juga yang sedikit seperti-lagi-sibuk-banget sampai menjawab seperlunya seperti mentri urusan banyak-urusan. Tapi orang-orang ini bagus, setidaknya tepat mereka berada disana, membantu para penumpang newbie seperti saya menemukan arah, maksud hati ingin memberi cendol (cendol gan!) pada orang-orang ini, tapi entah harus bagaimana caranya. Akhirnya saya hanya bisa merangkai senyum tanda terimakasih sebisa-nya dan berharap mereka mengerti maksud saya, tidak berprasangka yang lain. Continue reading

Mengamati orang (1)

Kacamata orang yang belum terbiasa dengan kondisi ini pasti akan tertarik untuk selalu memandang berkeliling, antara khawatir dengan isi saku dan penasaran ingin menyelami satu persatu raut-raut wajah yang saya lihat disana. Ada banyak orang, tapi menggelitik perhatian saya beberapa sosok yang bisa dibilang ini adalah sample, dengan cepat saya membuat pengelompokan, dan satu dari masing-masing kelompok saya amati dan bandingkan dengan orang disekitarnya dari kelompok lain. Ada orang yang asik dengan perangkat digitalnya, entah itu blackberry, ipod, atau sekedar handphone cina dengan speaker ganda. Orang-orang ini umumnya tertunduk, dengan kabel earphone menggelantung dari telinganya, saya menebak-nebak tentang apa yang kira-kira sedang mereka dengarkan, jika band, apa nama group-nya, apa genre-nya, lebih jauh, segimana volume-nya, apakah mereka tahu bahwa volume full di ipod bisa di set tigaperempat-nya, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Orang-orang ini asik dengan deretan tombol di perangkat digitalnya, mengeser-geser jempol di trackpad/touchpad untuk melihat-lihat foto atau sekedar mengganti lagu. (Dalam hati saya bertaruh, ¾ dari space pada memory card mereka dipenuhi oleh lagu-lagu, yang sebetulnya jarang mereka dengarkan, dan ¾ foto yang ada di album facebooknya adalah foto dirinya yang diambil dari perangkat yang sedang saya bicarakan, perangkat dengan kamera 3.2megapixel, menariknya lagi, hampir seluruh foto diri yang diambil oleh dirinya sendiri berpose nyaris sama, angle diatas kepala, dengan posisi wajah miring ke kanan atau ke kiri sambil senyum, beberapa dilengkapi dengan jari telunjuk yang menempel di pipi. Continue reading

Bukan rewel, tapi mencari best-offer

Ketika seorang tidak bisa membedakan goodness dari sisi personal dan managerial, hubungan HRD dan calon karyawan jadi terlihat rancu ketika menempatkan pandangan personal diatas pandangan managerial. Selayaknya seorang HRD bisa melihat bergaining sebagai analisa karakter orang yang sedang di interview. Dan jangan selalu berpatokan bahwa orang yang datang untuk interview itu butuh kerja, membuat hubungan jadi pincang sementara seharusnya lebih memperhatikan win-win solution.  Seseorang dengan bergaining power yang tinggi dapat diartikan bahwa yang bersangkutan dapat menakar kemampuan dirinya, yang artinya, orang dengan kemanpuan tersebut menarik untuk digali lebih jauh, memberikan satu poin untuk melanjutkan interview ke level lebih tinggi, setidaknya HRD telah didatangi oleh orang yang benar-benar serius, bukan memandangnya sebagai orang yang rewel. Ketika si calon karyawan tahu bahwa pandangan si orang HRD tersebut seperti itu pada dirinya, maka yang akan muncul dalam fikirannya adalah  : alhamdulillah, untung saya tidak jadi bekerja disana. Dan saya fikir, orang dengan fikiran seperti itu telah mendapatkan 2 poin plus, 2 poin yang telah disia-siakan oleh si orang HRD.