Closed; Google Apps for small business

Sekian tahun saya menikmati fasilitas yang buat saya sangat berguna, google apps for small business, dan kini akhirnya berita itu datang juga, seperti fasilitas Google lainnya yang lebih dulu menghilang, dihilangkan atau menjadi berbayar, Google apps for small business kini tidak lagi tersedia gratis untuk pengguna. Memang wajar juga sih, layanan powerfull ini banyak membantu saya dalam hal interaksi dokumen dan tentu fasilitas penyimpanan data sehingga tidak lagi ada cerita presentasi lupa bawa materi 🙂 dengan segala kemudahannya mungkin telah menarik sekian jumlah pengguna yang tampaknya menggiurkan google untuk mulai mengutip sejumlah biaya kepada penggunanya.

Pertanyaannya apakah dengan membeli layanan google apps for business masuk akal dan menguntungkan? Saya kira jawabanya masih ‘Ya’ , karena dengan segala kemudahan yang ditawarkan Google, segala bentuk integritas di semua layanannya, sinkronisasi dengan perangkat mobile dan semakin top nya Android tentu akan jadi alasan yang membuat layanan ini (sekalipun berbayar) layak untuk dimiliki dan digunakan, apalagi untuk skala bisnis. Perusahaan saya tidak besar, tapi kecil bukan berarti kacangan dan mengeluh ketika harus bayar, intinya perusahaan kecil saya nyaman dengan fitur ini dan akan terus menggunakannya.

(Tulisan diatas bukan promosi atau artikel berbayar atau sponsored article atau pun apalah itu namanya, hanya opini pribadi)

 

Mari menjadi Pioneer

Barusaja ngobrol masalah pengembangan produk dengan rekan kerja, banyak ide terlontar tentang pemanfaatan teknologi informasi yang memungkinkan untuk diadaptasi masyarakat dan kedepannya bisa memberikan solusi kepada publik. Sebetulnya produk dengan genre layanan publik adalah lagu lama di perusahaan saya, beberapa produk sedang digiatkan dan mudah-mudahan segera rilis.

Tapi yang kali ini ingin saya bahas bukanlah tentang produk layanan publik yang sedang kami buat, tapi lika liku seputar pelaksanaanya yang kadang bikin gregetan, kadang bikin down, dan pernah juga bikin putus asa. Mari kita mulai dari kisah sebuah layanan traffic monitoring berbasis web yang sempat tercetus dan sangat ingin kami realisasikan. Secara sederhana layanan ini adalah layanan yang sudah umum tersedia di kota-kota besar dimana public dapat mengakses sejumlah kamera pemantau melalui browser, harapannya dengan adanya pantauan seperti ini bisa memantau behaviour dari satu ruas jalan tertentu, big picture nya adalah solusi terahadap kemacetan yang mau tidak mau pasti akan menghampiri kota Tasikmalaya. Ya, Tasikmalaya bukan Bandung atau Surabaya atau Jakarta, scale nya masih tergolong kecil, lalulintas tidak se sibuk kota-kota besar lainnya di Indonesia. Beberapa pihak memandangnya sebagai sebuah langkah yang terlalu cepat, mereka bilang itu belum saatnya, terkesan mengada-ada dan parahnya mereka melarang orang untuk bermimpi, mimpi tentang sebuah kota yang bebas macet.

Ada juga yang menganggap ide ini sebagai ide menghambur-hamburkan uang, ide yang sungguh-sayang jika direalisasikan sekarang — dan segudang perdebatan lain yang intinya, ide ini tidak masuk akal.

Begitukah? Kami berfikir sebaliknya, saya pribadi berfikir jika memang saat ini bukan waktunya, maka nanti ide ini adalah ide usang, ide yang TERLAMBAT. Menunggu masalah datang tentu bukan ide yang bagus juga, menyelesaikan masalah yang sebetulnya bisa dihindari juga bisa dibilang konyol. Seperti tata kota, ketika sebuah kawasan sudah padat, sulit rasanya memperbaiki tatanan kota, akan lebih sulit mengurai masalah ketika masalah tersebut menjadi kompleks, saya kira pemikiran seperti ini tidak perlu diperdebatkan lagi, saya jamin, orang akan sangat menyesali penyesalan (seharusnya).

Lalu apa yang terjadi? ya ide itu terus bergulir, dengan segala karat menempel di as roda, ide itu kami usahakan untuk terus menggelinding. Kami mencoba untuk tetap optimis, setidaknya, diantara tanggapan yang kurang sedap tadi, sedikit banyak melepaskan beban, bahwa tidak masalah jika kelak kami ternyata terlambat karena seretnya laju realisaasi ide kami, menarik, kami akhirnya berbesar hati untuk tetap menjadi pemenang, apapun kenyataanya didepan.

Mari jadi pioneer.

(Tulisan rusuh mode.on)

 

Tulisan Acak

Melakukan sesuatu akan lebih baik jika terencana, untuk itu perlu disusun perecanaan , dan biasanya perencanaan selalu disertai dengan target, supaya parameter keberhasilan dari rencana tersebut jelas dan dapat di evaluasi. Jika sesuatu dapat di evaluasi, maka mudah bagi sesuatu itu untuk belajar, dipelajari dan memperbaiki diri. Jika punya kemampuan memperbaiki diri, seperti wolverine weapon-x, ia akan jadi senjata yang kuat sekaligus mematikan. Pertanyaanya, seberapa cepat sesuatu itu dapat memperbaiki diri? Karena jika terlalu lama, kemampuan itu nyaris tidak ada gunanya jika sedang bertarung dengan senapan mesin yang senantiasa menyerang bertubi-tubi.

Dalam pertandingan memanah atau menembak, semakin jauh dan semakin tepat orang bisa menembak / memanah, maka ia akan jadi pemenang. Dan sebaliknya, orang yang tidak bisa menembak dengan tepat, bahkan dari jarak dekat, sudah barang tentu hanya akan jadi pecundang. Tapi bagaimana dengan orang yang hanya peduli dengan target yang jauh tapi untuk target yang dekat dia seperti presbyopia, belajar memanah dengan target yang jauh tapi tidak berhasil memungut anak panah yang tercecer diantara kedua kakinya, karena yang dekat-dekat terlihat kabur, samar-samar tidak jelas.

Ada juga pemanah yang hanya mau membidik target-target dekat, target-target yang ia kenal, biasanya ia menghindari iklim kompetisi dimana dia tidak dapat memastikan dirinya berada dalam posisi yang menguntungkan untuk menang, ia benci kompetisi.

Kesimpulannya? ini hanya tulisan acak, saya tidak bermaksud menuliskannya secara sistematis, hanya sebuah pemikiran yang datang tiba-tiba, mengisi kekosongan diantara waktu senggang yang semakin menipis.

Jualan Headline

Melihat begitu banyaknya media berita sekarang, dan (entah) apakah karena begitu mudahnya mendirikan sebuah surat kabar dan sejenisnya belakangan ini, orang berebut mencuri perhatian orang dengan headline mentereng untuk mencuri perhatian orang yang kian hari kian menuntut berita yang baru. Seperti yang diakui petinggi salah satu portal berita terbesar di Indonesia ketika net conferrence beberapa waktu lalu, bahwa sekarang dengan arus informasi yang begitu cepat, pembaca menuntut berita ‘baru’ setiap menitnya. Menurutnya, untuk dapat menrik minat pembaca dibutuhkan sebuah headline yang menyengat, yang asam, kecut, yang mengusik rasa penasaran, yang pedas, orang akan malas dengan suguhan berita yang ‘itu-itu-saja’.

Belakangan ini baik di internet maupun di media cetak, saya sering melihat (yang dengan kapasitas dan pandangan saya) headline yang dibuat untuk menarik perhatian, sekalipun isinya melenceng. Contohlah ketika membaca sebuah headline ‘Masinis nyabu dalam kereta’, ini menarik, padahal ketika dibaca artikelnya ternyata isinya ; karena perusahaan kereta api kekurangan SDM, seorang masinis harus rela bekerja nonstop dan bermalam di gerbong kereta dengan makanan seadanya, kadang mereka harus nyabu (sarapan bubur), karena hanya itu makanan yang dijajakan pedagang makanan di pagi hari sementara tempat-tempat makan masih belum buka. Menurut saya nilai beritannya adalah perusahaan kereta api kekurangan SDM, bukan sarapan bubur-nya. (ini contoh saja lho ya, saya tidak mengutip dari media manapun, tapi saya mereka-reka yang mirip-mirip sekenarionya). Continue reading

Internet; tidak selalu bebas

Sebetulnya tulisan ini penting-tidak-penting, hanya ingin membahas kecil saja, mengenai kebebasan, hak dan kewajiban. Mungkin terdengar serius, sebetulnya tidak juga, ini justru terfikirkan ketika beberapa orang di sekitar saya sedang membicarakan tentang sebuah game online di facebook yang sedang mewabah, city ville dan kawan-kawannya.

Awalnya begini, ada seorang teman yang mungkin merasa risih dengan orang -orang seusianya yang masih ribut bermain online game di facebook, disamping terkadang mengganggu streamline facebook dengan deretan posting request ini-itu, game semacam ini pun ampuh menghisap waktu seseorang, tak kurang dari satu atau dua jam bisa menguap begitusaja dengan bermain game-game seperti ini. Teman saya ini rupanya ingin menyuarakan hal yang ia yakini benar, yaitu : “Ayolah, masa waktu di internet habis cuma untuk main game, apa tidak ada kerjaan lain”. Continue reading

Apple Overtaking Nokia

Mendapat feed dari NYTIMES pagi ini tentang overtake Apple atas Nokia sebagai produsen (smart)phone. Apple nyaris membukukan penjualan hampir duakali lipat dari penjualan tahun lalu atau sekitar 82% , sementara Nokia jatuh dari kejayaannya setelah penjualannya turun ke angka 74 juta unit dari penjualan tahun lalu yang menyentuh angka lebih dari 100 juta unit.

Tahun ini Apple membukukan penjualan sebanyak 86 juta unit iPhone (jumlah ini masih melampaui jumlah seluruh ponsel Android jika digabungkan) membuatnya sebgai produsen ponsel tunggal terbesar di dunia. Continue reading

Trending Topic #Macet

Saatnya lebaran tiba, ngumpul-ngumpul ngobrol dengan keluarga dari luar kota, kemudian mengisi waktu malas setelah beramah-tamah ala lebaran sambil ngopi. Masing masing menyimpan pertanyaan yang sama ; ngapain lagi sekarang. Selagi pertanyaan itu belum terjawab, ngalor-ngidul ngobrol tentang ini itu, dan menarik, yang paling hangat dalah membicarakan masalah macet, warna-warni khas lebaran di Indonesia.

Seperti dilaporkan, sekitar 10 juta jiwa bergerak bersamaan dengan rute kota besar, menyebar ke seluruh penjuru negeri, utamanya di pulau Jawa. Dengan volume kendaraan yang melonjak sedemikian besar, tentu kemacetan bukan sesuatu yang diluar dugaan, ini telah berulang-ulang entah berapa kali, seperti saya bilang, ini selalu jadi trending topik ketika lebaran, seolah tidak ada lebaran tanpa kata macet.  Continue reading

Migrasi ke Blogspot?

Mencoba tampilan baru Blogspot, seperti diketahui sebelumnya, semenjak Larry Page jadi bos baru Google, mereka kemudian melakukan robakan besar-besaran pada semua layanan mereka. Dimulai dari diperkenalkannya G+ (Google Plus) kemudian merambah ke layanan lain seperti Gmail, Gcal, Gdoc, dll. Termasuk kali ini yang akan kita bahas adalah Blogspot, wich is, milik Google juga.

Perubahan paling menonjol adalah adanya tab Google berwarna kontras (hitam) di bagian atas setiap halaman layanan Google. Darisana kita bisa langsung mengakses fitur lainnya, directly, plus notifications.

Tampilan kali ini sangat berbeda dari tampilan sebelumnya, ciri khas yang kita lihat sebelumnya di G+ tampaknya menjadi ciri khas yang coba dikembangkan oleh Google untuk setiap layanannya yaitu simple, smooth and clean (istilah saya), menggantikan tampilan blogspot yang dulu terkesan kaku dan (maaf) ‘suram’. Continue reading

Ada katak tersesat didalam kotak

Ada kritik ketika saya mencoba mengembangkan sebuah layanan online lokal, sedianya saya memang membuat layanan tersebut untuk dipakai oleh masyarakat disekitar saya di Tasikmalaya, karena saya menggunakan Bahasa Indonesia, kritik itu mengusik perkara : kenapa kalau untuk layanan lokal tidak pakai Bahasa Sunda saja, tidak perlu berlagak letter ‘B’.

Saya mencoba untuk terbuka terhadap kritik, saya fikir memang jika ingin memperbaiki diri kita harus mau menerima kritik dan melakukan perbaikan. Tidak sampai disitu, saya tetap membedakan kritik menjadi dua, pertama kritik membangun, dan kedua kritik kosong. Kritik membangun adalah kritik yang sekiranya memiliki dasar yang jelas, sedangkan kritik kosong seperti udara didalam kantong muntah, begitu di pukul ledakannya keras, tapi tidak ada isinya kecuali bau aroma kantong muntah. Continue reading

Tidak anti Facebook, Tidak juga fanatik Google +

Buka laptop setelah sahur, membaca status beberapa orang teman dan mengucapkan selamat kepada mereka yang hari ini berulang tahun. Sungguh rutinitas seperti ini telah menggeser kebiasaan lama, biasanya setelah buka browser, yang pertama saya buka adalah email, tapi karena sekarang menggunakan gtalk dan email yang saya gunakan adalah gmail, tak perlu lagi masuk ke gmail untuk melihat inbox. Boleh dikatakan frekwensi kunjungan ke gmail jadi sedikit berkurang. Sebetulnya ini dalam rentang waktu yang pendek saja, secara umum tetap saya lebih lama menghabiskan waktu di google, karena disana ada google docs, google +, google calendar, google wave untuk produktifitas. Continue reading